Advertisemen
Belakangan ini, nama Rocky Gerung menjadi viral karena pernyataannya yang sering dikutip oleh beberapa media massa. "Kitab Suci Itu Fiksi". Sepenggal kalimat itu sontak menuai reaksi beragam dari berbagai pihak.
Pada awalnya banyak orang menganggap bahwa Rocky Gerung adalah seorang profesor dari Universitas Indonesia (UI), termasuk saya. Namun hal ini sudah dibantah oleh pihak UI. Bahkan, setelah kami coba cek di situs resmi UI di daftar dosen dan staf pengajar, nama Rocky Gerung tidak ada. Tapi itu adalah persoalan lain. Yang akan kita bahas kali ini, adalah soal pemikiran Rocky Gerung.
Jika Anda mengikuti perkembangan Rocky Gerung baik di media sosial maupun di media televisi, kesan apa yang ada dibenak Anda ketika menyaksikan Rocky Gerung berkomentar? Apa yang Anda tangkap ketika Rocky Gerung berargumentasi? Anda sendiri yang tahu. Namun jika yang ditanya adalah saya, maka saya akan jawab, "AMBIGU dan AMBIGUITAS". Bagi saya, pernyataan Rocky Gerung adalah mencerminkan pemikiran Rocky Gerung sendiri.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Ambigu merupakan kata sifat yang bermakna lebih dari satu (sehingga kadang-kadang menimbulkan keraguan, kekaburan, ketidakjelasan, dan sebagainya); bermakna ganda; taksa. Sedangkan Ambiguitas dalam KBBI adalah kata benda (noun) memiliki arti :- sifat atau hal yang bermakna dua; kemungkinan yang mempunyai dua pengertian, yakni :
- ketidaktentuan; ketidakjelasan
- kemungkinan adanya makna atau penafsiran yang lebih dari satu atas suatu karya sastra
- kemungkinan adanya makna lebih dari satu dalam sebuah kata, gabungan kata, atau kalimat; ketaksaan
Lebih Lanjut, Baca Juga : Ambigu dan Ambiguitas Dalam Berbagai Sumber
Saya menilai pernyataan-pernyataan yang sering dilontarkan oleh Rocky Gerung multi tafsir atau ambigu. Kata atau pun frasa yang ia sampaikan kerap menuai kontroversi. Kerap menimbulkan berbagai macam penafsiran yang berbeda. Ketika mengkritik Joko Widodo, frasa yang digunakan Rocky Gerung sangat ambigu. Sama halnya ketika ia mengatakan "Kitab Suci adalah Fiksi" dalam diskusi di ILC, kesan dan pesan yang ditangkap oleh publik beragam. Ketika diminta bagaimana solusinya, Rocky Gerung terkesan mengelas. Ini yang membuat banyak orang bingung dan menilai sosok Rocky Gerung membingungkan.
Keseringan menggunakan frasa-frasa yang membingungkan/ambigu ini bagi saya adalah : tanda/simbol bahwa yang bersangkutan menyembunyikan kebenaran. Entah apa alasannya. Karena jika tidak, untuk apa keseringan menggunakan frasa yang membingungkan, hingga membuat beragam tafsir. Pasti ada maksudnya, hanya tidak diungkap secara pasti/jelas.
Saya kadang bertanya-tanya, apa manfaatnya kalau membuat orang bingung, jika kita mampu memberi kejelasan? Saya pernah mendengar nasihat sahabat saya, kalau ciri-ciri manusia postmodern itu suka bersembunyi dibalik frasa yang ambigu untuk "membenarkan" dirinya. Lalu apakah Rocky Gerung seorang Postmodernis? Kita mungkin akan "debatable" untuk persoalan ini. Yang pasti, pernyataan-pernyataannya akhir-akhir ini adalah ambigu.
Baca Juga : Dari Modernisme, Postmodernisme Hingga Post Postmodernisme
Ambiguitas pemikiran Rocky Gerung tergambar dalam pernyataan-pernyataan yang ia keluarkan. Bingung dan membingungkan. Itu yang sering saya dengar dari banyak orang jika mengomentari pernyataan Rocky Gerung. Tapi hampir semua yang saya dengar, konotasinya negatif. Saya menganggap reaksi mereka ini adalah wajar.
Dalam konteks ilmiah, kita sering mempelajari wacana-wacana yang sangat beragam. Dari yang paling mudah sampai yang paling sulit. Baik wacana kosa kata ilmiah maupun pemikiran ilmiah. Tapi saya pikir, ilmiah bukan tentang membuat hal yang sederhana menjadi sulit atau membingungkan, tapi membuat hal yang sulit menjadi sederhana (jelas).
Ambiguitas jika analogikan dengan air. Maka ambiguitas itu adalah membuat air yang tenang menjadi keruh, tidak jernih lagi. Jika anda ditanya, mana yang lebih anda suka air yang tenang atau yang air keruh? Jika anda suka air yang jernih, bagaimana reaksi anda ketika melihat air yang tenang dibuat keruh? Anda bisa menilai sendiri. Yang saya maksud disini adalah ambiguitas/ketidakjelasan tidak akan membawa manfaat. Itu!
Saya hanya khawatir, jangan sampai yang dipahami oleh kebanyakan orang, justru tidak sebagaimana yang diinginkan oleh Rocky Gerung. Bagi saya, seberapa pun indahnya kata dan frasa diukir, namun kalau itu ambigu. Tentu, tidak ada artinya. Seberapa pun hebatnya mengkritik, tapi kalau kritik juga tanpa ada solusi maka apalah artinya. Bukankah kritik harus konstruktif, tidak dekonstruktif (kritik tanpa solusi) ?
Untuk itu, melalui tulisan ini saya ingin mengatakan, Indonesia ini sebenarnya membutuhkan kepastian bukan ambiguitas (ketidakjelasan). Jika dalam konteks mengkritik, maka sebaiknya kritik pun harus jelas, tidak ambigu. Kritik harus dibarengi dengan dasar dan solusi. Karena jika tidak, saya khawatir banyak orang yang akan menilai pernyataan-pernyataan Pak Rocky hanya dianggap "omong doang" (OMDO). Terima Kasih.
Baca Juga : Rocky Gerung: Filsuf Atau Sofis?