Filsafat Kata

Advertisemen



Abstrack
Logika dan filsafat dalam penjelasan/ prakteknya tak bisa lepas dari penggunaan kata-kata. Pada segmen “ilmu” sebelumnya telah disampaikan ada yang namanya Definisi dan Argumentasi. Bahwa pahaman yang masuk dijiwa itu kemudian didefinisikan sedemikian rupa oleh konsepsi akal, didefinisikan secara benar dengan metode yang benar pula. Setelah didefinisikan dalam akal tersebut (pahaman), kemudian dikeluarkan dalam bentuk argumentasi. Argumentasi ini berisi kata-kata (proposisi).
Terkadang definisi yang ada dipahaman anda sudah benar, tapi tiba keluarnya dalam bentuk argumentasi (kata-kata) itu salah.  Contoh : “saya mengerti, tapi saya tidak bisa ungkapkan pake kata-kata”. Sekalinya juga bisa diungkapkan dengan kata-kata itu salah atau bertentangan.
Inilah urgensinya filsafat kata yang menjadi alasan para filosof muslim memasukkannya sebagai salah satu pembahasan penting dalam filsafat islam untuk dipelajari. Apalagi dalam hubungannya dengan filsafat dan logika secara umum, tentu tak lepas dari kata-kata.

Latar Belakang
Ada banyak aliran-aliran filsafat dunia ini baik filsafat islam maupun filsafat barat yang membahas tentang kebenaran relatif dan mutlak. Didalam filsafat juga ada aliran filsafat yang membahas kebenaran itu dari penilaian kata.  Jadi  Ontologinya adalah positivisme bahasa(kata-kata). Seperti Wiitgenstain. Dia adalah seorang profesor/filsuf bahasa. Standarnya(dalil) mengungkapkan sesuatu itu bernilai benar atau salah dilihat dari hukum-hukum positivis. Wiitgenstain mengatakan:
Kata-kata akan menemukan maknanya dan dikatakan benar manakala kata-kata tersebut bisa dialami (berdasarkan pengalaman).
Doktrinnya wiitgenstain bahwa kata-kata itu menemukan maknanya dan dikatakan benar manakala bisa dialami dengan pengalaman. Ini tentu berbicara inderawi. Atau yang tampak-tampak(materi) saja. Kalau berbicara ini pasti epistemologinya adalah empirikal. Sementara segmen ontologinya adalah positivisme bahasa(kata-kata).
Kemudian juga salah satu Profesor yang bernama Prof. Anyar yang notabene sealiran dengan Wiitgenstain. Menurut dia :
Tuhan, surga dan neraka itu adalah takhayul. Karena  tidak bisa dialami dengan pengalaman.
jadi sesuatu itu dikatakan benar atau salah, standarnya “kata”.
Misalnya:
·         Api itu panas(BENAR).
·         Batu itu keras(BENAR).
·         Rokok(BENAR)
Dikatakan benar, karena diluar akal bisa dialami.
Kemudian, 
·         Tuhan itu ada (SALAH).
·         Surga itu ada (SALAH)
·         Neraka itu ada(SALAH)
·         Auououou (SALAH)
Dikatakan salah, karena diluar akal tidak bisa dialami/dibuktikan eksistensinya. Makanya menurut Prof. Anyar , tuhan, surga dan neraka itu adalah takhayul.

Bersambuung....
Advertisemen